CARA PENYUSUNAN KISI-KISI DAN BUTIR SOAL |
expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

MENJADI GURU PROFESIONAL

SELAMAT DATANG DI KHAIRIL AMRI BLOG

Selasa, 04 Desember 2012

CARA PENYUSUNAN KISI-KISI DAN BUTIR SOAL


A.  Jenis perilaku yang dapat diukur
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya seperti Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay, Linn dan Gronlund.
1.  Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan di antaranya seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan; (2) Pemahaman di antaranya seperti:      membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan; (3) Penerapan di antaranya seperti: menggunakan, menerapkan; (4) Analisis di antaranya seperti: membandingkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis; (5) Sintesis antaranya seperti: menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun; (6) Evaluasi di antaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan.
2.  Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2) analisis, (3) perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi.
3.  Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan, (2) keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan pertanyaan, (3) keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan, menata/mengurutkan, menyajikan; (5) keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari komponen, hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan; (6) keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau mengurai; (7) keterampilan memadu (integreting skills), seperti: meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan menilai, seperti: menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.....
4.  Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1) kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2) strategi kognitif: menghasilkan suatu pemecahan; (3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral; (4) keterampilan motorist melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl adalah: (1) menerima, (2) menjawab, (3) menilai.
5.  Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay adalah: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon terpimpin, (4) mekanisme; (5) respon yang kompleks, (6) organisasi, (7) karakterisasi dari nilai.
6.  Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti berikut:
a.  Membandingkan
1)  Apa persamaan dan perbedaan antara … dan…
2)  Bandingkan dua cara berikut tentang ….
b.  Hubungan sebab-akibat
1)  Apa penyebab utama …
2)  Apa akibat …
c.   Memberi alasan (justifying)
1)  Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
2)  Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang ….
d.  Meringkas
1)  Tuliskan pernyataan penting yang termasuk …
2)  Ringkaslah dengan tepat isi …
e.  Menyimpulkan
1)  Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ….
2)  Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ….
f.   Berpendapat (inferring)
1)  -Berdasarkan …, apa yang akan terjadi bila
2)  Apa reaksi A terhadap …
g.  Mengelompokkan
1)   Kelompokkan hal berikut berdasarkan ….
2)   Apakah hal berikut memiliki …
h.  Menciptakan
1)  Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang ….
2)  Lengkapilah cerita … tentang apa yang akan terjadi bila ….
i.    Menerapkan
1)  Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ….
2)  Tuliskan … dengan menggunakan pedoman….
j.    Analisis
1)  Manakah penulisan yang salah pada paragraf ….
2)  Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ….
k.  Sintesis
1)  Tuliskan satu rencana untuk pembuktian …
2)  Tuliskan sebuah laporan …
l.    Evaluasi
1)    Apakah kelebihan dan kelemahan ….
2)    Berdasarkan kriteria …, tuliskanlah evaluasi tentang…

B.  Penentuan Perilaku yang Akan Diukur
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan, maka kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku yang akan diukur. Perilaku yang akan diukur, pada Kurikulum  Berbasis Kompetensi tergantung pada tuntutan kompetensi, baik standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan kedalaman kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur sesuai dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya. Dalam Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada “perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau pada standar kompetensi”. Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, guru dapat mendaftar terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang sangat sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi, berdasarkan rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar). Dari susunan perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas.
C.  Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester berikut ini.

Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil


D.  Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenis sekolah        :  ………………………                  
Jumlah soal          :  ………………………
Mata pelajaran     :  ………………………                  
Bentuk soal/tes    :  ………………...........
Kurikulum            :  ………………………                    
Penyusun            :  1.  ………………… 2.  …………………
    Alokasi waktu        :  ………………………  
                                                      


Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1.  Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
2.  Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3.  Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

E.  Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik: menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat, menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan, dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).
(1)   Contoh model kesatu untuk soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Indikator: Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik “belajar mandiri”, peserta didik dapat menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artinya.
Soal  : (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian peserta didik memilih dengan tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: “Hari harus masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.”)
Lembar tes hanya berisi pilihan seperti berikut:
a.  Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.
b.  Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini
c.   Hari masuk kelas terlambat siang hari ini,
d.  Hari masuk kelas terlambat satu jam hari ini
Kunci: d
(2)   Contoh model kedua
Indikator: Peserta didik dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada nilai uang.
Soal: Penulisan nilai uang yang benar adalah ….
a.  Rp 125,-
b.  Rp 125,00
c.   Rp125
d.  Rp125.
Kunci: b
F.  Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal
Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.
G.  Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.
H.  Penulisan Soal Bentuk Uraian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat subyektivitas penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar – salah atau 1 – 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah “kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan”, maka skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.
Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.
Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan 0 – 3
Skor
ü  Sesuai                    3
ü  Cukup/sedang         2
ü  Tidak sesuai            1
ü  Kosong                   0
Atau skala seperti berikut:
Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0 – 5 Skor
Skor
ü  Sangat Sesuai         5
ü  Sesuai                    4
ü  Cukup/sedang         3
ü  Tidak sesuai            2
ü  Sangat tidak sesuai  1
ü  Kosong                   0

Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.



Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut­.
1.      Materi
a.   Soal harus sesuai dengan indikator.
b.   Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c.   Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d.   Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
2.      Konstruksi
a.  Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b.  Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c.   Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d.  Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.
3.      Bahasa
a.  Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b.  Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c.   Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d.  Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e.  Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.
I.  Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.

Semoga bermanfaat

Unduh filenya DI SINI




21 komentar:

  1. gooooddd...!!!
    i like your blog

    BalasHapus
  2. Terimakasih pak... blognya sangat sangat membantu.... keep blogging pak. follow blog saya juga ya pak.. :)

    BalasHapus
  3. Bermanfaat sekali. Terima kasih.
    Untuk contoh soal, bukankah penulisan Rp tidak terpisah dengan angkanya?---> Rp25.000,00

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menuliskan uang seribu rupiah: bagian paling depan (kiri) adalah simbol rupiah (Rp), kemudian diikuti nominal 1.000, dan paling belakang adalah dua nol (00) yang sebelumnya ada koma terlebih dahulu. Contoh Rp 100,00 (Masalah terpisah dan tidaknya dari angka tergantung format yang di pakai, misalnya di Excel, Kalau memakai format Acounting Rp akan terpisah sesuai dengan lebar kolom dan kalu memakai Currency maka Rp akan melekat dengan angkanya. Yang jelas pada EYD Rp tidak diikuti dengan tanda titik dan menggunakan koma untuk memisahkan nominal sen dengan dgit dua angka. Demikian smoga terbantu

      Hapus
    2. Beberapa contoh penulisan nilai uang terdapat pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Edisi keempat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 26 November 2016, a.l: pada Bab II Penulisan Kata, Huruf I, Nomor 4, 10 dan 11---> Rp5.000.000,00 ---> tulisan Rp rapat dengan angkanya.

      Hapus
  4. Tambah saran, Pak. Menurut pendapat saya, tampilan Format Kartu Soal dan Format yang lain akan semakin jelas terlihat jika warna huruf putih dipakai jika latar belakangnya warna gelap. Saat ini tampilan Format tsb. kurang jelas karena huruf berwarna putih dan latar belakangnya kuning. Demikian saran saya. Terima kasih atas perhatian Bapak.

    BalasHapus
  5. Terlihat jelas srkarang kartu soal dan format lainnya. Trm kasih, Pak.

    BalasHapus
  6. ijin kopy pak...
    trims banyak smg bermanfaat bg guru guru

    BalasHapus
  7. ijin save pak,,,
    sangat bermanfaat,,,,sukron

    BalasHapus
  8. Terimakasih utk berbagi ilmunya mas....
    terutama utk saya yg tidak punya latarbelakang pendidikan keguruan....

    Allah yg membalas ilmu anda

    BalasHapus
  9. MOHON IJIN BACA GURU,,,,SANGAT BERMANFAAT

    BalasHapus
  10. Pak mohon copas filenya ya..makasih atas ilmunya, smg Tuhan yang membalasnya dengan kebaikan. Amin

    BalasHapus
  11. kisi kisi ini sangat bermanfaat

    http://www.uma.ac.id/

    BalasHapus

"KOMENTAR ANDA PASTI SAYA BALAS, WALAUPUN PADA WAKTU YANG TIDAK BERSAMAAN ... "